Sabtu, 11 September 2021

Beautiful Soul

 Saat berumur nanti, aku pingin kayak yangkung sutopo. Bayangin: Di suatu sore di kota Malang (atau kota mana pun yang sejuk dan udaranya seger banget!) kamu duduk di kursi teras sambil menunggu kopi hitam yang ada di sebelah mejamu tidak begitu panas. Kamu berdiri lalu menuju piano, kemudian melantunkan beberapa lagu untuk melatih kembali ingatanmu. Setelah dirasa cukup, kamu kembali pada kopimu lalu menghabiskannya, dan segera membersihkan halaman mungilmu agar kembali asri.

 

Di lain hari, kamu fokus menyelesaikan lukisan cat minyakmu yang rata-rata berisikan gambar bunga, sekumpulan orang bermain musik, atau pemandangan. Kalau pada sore itu kamu masih penuh energi, kamu akan menelpon teman-temanmu (yang jarak umurnya mungkin sepantaran anakmu) untuk bertemu di lapangan tennis dan memainkan permainan dengan santai. Atau ada hari di mana para tetangga melihatmu dengan vespa biru itu, sambil menenteng buah semangka di dalam tas jaring coklatmu, yang disangkutkan di bagian tengah motor. 

 

Yangkung, beneran deh. Pas masih kecil dulu, pemandangan ini terlihat sangat biasa dan nggak ada yang spesial. Tapi begitu aku beranjak dewasa dan melihat banyak hal, hal yang biasa ini jadi tujuan aku saat berumur nanti. Saat yangkung ke Jakarta, yangkung akan bergilir bermalam ke rumah anak-anak yangkung. Yangkung membuat teman baru di komplek tempat tinggal kami, untuk diajak olahraga tennis bareng. Yangkung membuat teman di mana pun yangkung berada. Mereka semua mengingat yangkung sebagai seorang yang hangat dan penuh energi. 

 

Yangkung nggak pernah banyak bicara, tapi dalam diamnya punya kemampuan untuk membuat orang di sekitarnya merasa nyaman. Selalu membaca buku atau koran di waktu senggangnya, sehingga saat berbicara dengan orang lain, punya sudut pandang yang luas. Aku selalu suka pemandangan teras rumah mayang saat menjelang waktu lebaran. Anak-anak yangkung duduk melingkar, sambil bercanda satu sama lain hingga larut malam. Para cucu sibuk makan bakso atau berebut skateboard,yang sampai sekarang kita semua nggak ada yang tau cara pakenya gimana. 

 

Saat kepergian oma, yangkung menolak tinggal di Jakarta dan memilih tinggal sendiri di Malang. Aku saat itu terlalu muda untuk tau atau paham apa yang bisa ku lakukan untuk menemani yangkung. Padahal aku bisa ya telpon yangkung untuk sekedar bertanya kabar dan menceritakan hariku dan mengunjungi yangkung saat berlibur. Lalu saat yangkung berpulang, MashaAllah, banyak banget temen-temen yangkung. Yangkung begitu dicintai! Dan kak santi menyadarkan aku, keluarga sutopo ini adalah panutan dalam berkeluarga. Mulai dari akhlak, cara berkomunikasi, sampai belajar batas dan menghargai sifat tiap individu.

 

Yangkung, terimakasih telah memberikan contoh serta menginspirasi. Aku beberapa kali mimpiin yangkung dan beneran kangen banget sama yangkung. Kami semua di sini hidup dengan baik serta rukun, yangkung. Salam untuk mama dan oma di sana yaa...




Tulisan yangkung tentang perjalanan hajinya

Manis, kan?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar