Rabu, 13 September 2017

The Part When You're an Adult

Hai! Udah lama ya ngga ketemu hihihi. It feels sooo good untuk bisa lihat lagi tulisan blog yang lama dan menyadari bahwa kamu punya sebuah sosok yang begitu... berani dalam diri kamu. Dia yang berawal dari rasa ingin tahu, kemudian mempertanyakan, lalu menyamakan kembali dengan hati nuraninya, kemudian jatuh, lalu bangkit lagi dengan tegak sambil terus mengikuti naluri keingintahuanmu. Kamu yang berprinsip dan berani untuk meyakini apa yang kamu percaya.

Kemudian, kamu melihat banyak hal.
Kamu melihat begitu banyak hal untuk dimengerti. Kamu belajar untuk mendengarkan, menguji empati. Belajar untuk berbicara dan meyakini apa yang benar. Belajar untuk bersikap dan menghadapinya dengan tenang. Seriusan deh, dunia udah segila ini ya. No, I won't share you tentang berita kriminal atau penipuan makanan berformalin dalam blog ini. Ini lebih parah. Orang-orangnya omagaaaaah! Banyak orang tiba-tiba jadi lebih sensitif, egois, self-centered, ibaratnya barang kargo nih ya, semua badan sama hati isinya pecah belah dan biar pada tau dikasih tempelan warna orens gede-gede yang tulisannya dikasih bold dan underline: FRAGILE, di setiap sudut bagian tubuh. Kasih emoji sedih nangis dulu boleh yaa (T~T) (T~T) (T~T)

Pernah nemuin satu momen di mana I was so fed up with all of these things. Ga cocok. Semua yang dulu kamu percaya dan yakini, ternyata bertentangan dengan kenyataan. Kalau kata orang jaman dulu, katanya udah mau akhir jaman karena semua mua muanya serba kebalik. Dan saya capek harus terus menemukan fakta baru bahwa apa yang dulu saya percaya, lagi-lagi ga cocok sama kenyataannya. Sampai akhirnya saya minta sosok yang dulu saya banggakan itu, untuk diam. And the next thing I know, I become emotionally numb. Menjadi kebal dengan sekitar, menyelamatkan diri sendiri, tidak peduli, apatis. Saya mulai terbiasa dan membiasakan diri untuk menjadi seperti itu.

Tapi ternyata susah ya. Apalagi dengan kerjaan yang bikin saya pergi ke sana-sini, ketemu banyak orang yang begitu beragam dan latar belakang yang berbeda. Ada banyak orang yang saya temui, they give me sparkle in their eye. Saya kira hal-hal seperti ini cuma ada di film, tapi ternyata engga. Ternyata dari interaksi itu, menumbuhkan rasa hangat di hati kamu. Memberi kamu arapan, kalau kamu kamu engga sendirian. Interaksi yang berasal dari rasa tulus, murni, apa adanya, membuat kamu yakin bahwa ditengah ke-chaos-an lingkungan saat ini, kamu memlilih untuk kembali percaya dengan nurani kamu. Kamu punya pilihan: untuk ikut tenggelam dengan rasa kekecewaan, kekesalan, amarah kamu, atau kita cari jalan yang lebih menyenangkan. Kalo ambil dari hukum kekekalan energi, energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain; namun tidak bisa diciptakan atau dimusnahkan. Cari cara masing-masing untuk bisa release, then start to make an action. Tidak harus besar, dimulai dari hal kecil dan konsistenlah. Dan di sini saya mulai sadar untuk pentingnya punya prinsip.

Ohya, saya pernah baca di 9Gag tentang seorang veteran yang mengkritik tentang era kita. Afterall, we're living in the most peaceful time in human history. Setiap masa punya konfliknya masing-masing. Manusia pernah hidup di mana perperangan hampir terjadi setiap hari, perbudakan. Dan konflik millenial sekarang yang sering terjadi adalah, Wifi ga ada dan kuota abis. Saaad. Jadi yaudah, tergantung kitanya mau ambil sikap yang mana. Ya ngga sih?